KOMPAS – Kamis, 30 Aug 2007
Perkembangan kondisi sosial masyarakat yang semakin kompleks membuat organisasi massa Islam perlu memiliki visi sosial baru. Pandangan kontemporer ini harus mampu menjawab berbagai tantangan zaman dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Maarif Institute Raja Juli Antoni seusai penutupan “Konferensi Nasional Islam, Good Governance, dan Pengentasan Kemiskinan” di Jakarta, Selasa (28/8). Ajaran Islam harus mampu diterapkan pada setiap masa dalam berbagai kondisi masyarakat.
“Nilai Islam yang didasarkan pada pandangan kitab klasik perlu diperbarui dengan analisis sosial mutakhir sehingga mampu menjawab tantangan kontemporer yang semakin kompleks,” katanya.
Jika ajaran agama masih diterapkan dalam tataran normatif seperti saat ini, lanjut Antoni, Islam tak akan mampu menyelesaikan berbagai masalah kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami sebagian besar umatnya. Kemiskinan yang dialami masyarakat saat ini memiliki tantangan berbeda dengan kemiskinan pada masa lampau.
Tanpa adanya pembaruan dalam fikih sosial yang menjadi landasan teologis, maka sistem zakat, infak, maupun sedekah hanya akan berfungsi sebagai bantuan sosial kemanusiaan semata. Konsep penyejahteraan umat dan toleransi atas kesejahteraan sosial tersebut tidak akan mampu menghentikan kemiskinan struktural yang telah diwariskan turun-temurun.
Program nyata
Karena itu, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai dua organisasi massa (ormas) terbesar di Indonesia perlu terus mendesakkan program-program nyata dalam penanggulangan kemiskinan. Penganggaran pembangunan yang dilakukan pemerintah dan lembaga legislatif juga perlu dipantau agar anggaran yang ada berpihak pada pemberdayaan masyarakat miskin.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Marpuji Ali menambahkan, ormas Islam perlu segera melakukan aksi nyata untuk mewujudkan penanggulangan kemiskinan. Namun, yang terjadi, sejumlah ormas justru lupa akan dasar perjuangannya untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
Islam telah memberikan panduan untuk mendorong kebaikan dan mencegah kemungkaran. Namun, konsep ini perlu dimodernisasi sesuai kebutuhan saat ini, terutama dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan penanggulangan kemiskinan.
Direktur Program Islam dan Pembangunan The Asia Foundation John Brownlee menegaskan, ormas Islam, terutama NU dan Muhammadiyah, memiliki peran besar dalam mengarahkan perubahan sosial masyarakat. Namun, peran yang dimainkan kedua lembaga tersebut belum memberikan hasil yang optimal.
Kurang efektifnya desakan yang dilakukan ormas Islam dalam mendesakkan anggaran pembangunan pemerintah yang prorakyat disebabkan kurang terbukanya pihak pemerintah.
“NU dan Muhammadiyah, melalui organisasi sayapnya, perlu memainkan peran politiknya sehingga mampu memengaruhi kebijakan pemerintah,” ungkap Brownlee. (MZW)
“NU dan Muhammadiyah perlu memainkan peran politiknya sehingga mampu memengaruhi kebijakan pemerintah”